Menemani dari NOL

Soal imajinasi, mungkin gw adalah salah seorang yang punya imajinasi yang anehnya HQQ (baca : hakiki), misalnya sewaktu gw kecil dulu, gw berimajinasi gw adalah anak konglo, yang emak dan bapak gw itu emang sengaja pura2 miskin agar gw tau caranya berjuang dalam hidup, belajar jadi orang miskin, belajar untuk sederhana. Ntar waktu gw dewasa, emak dan bapak gw akan "reveal" bahwa kami adalah konglo. Ya mirip-mirip drama china short short itu yang sekarang lagi nge-trend, namun sampai sekarang, imajinasi itu ga menjadi kenyataan. hahahaha.

Namun, menurut gw, yang diberikan oleh emak bapak gw, sepertinya lebih berharga dibanding dengan imajinasi gw.

Nah, ada drama short short cina lagi, misalnya cowo-nya itu miskin banget, mendekati cewe. Cewe nya tulus ke cowo miskin itu, cewenya diceramahi dan diomelin oleh keluarga dan semua orang. Namun, cewe itu ga peduli, dia tetap mencintai cowo miskin itu. Cewe itu dihina2 lah, dikucilkan, direndahkan dll. Diujung film, rupanya cowo nya adalah super konglo, kaya sampai 90 keturunan ga akan habis-habis hartanya.

(buatan AI lagi yah, beda provider ajah)

Dan, mereka bahagia selamanya. Terlihat murahan, ceritanya naif. Namun, banyak lho yang nonton ginian (termasuk gw HAHAHAHAHA).

Yang gw mau highlight adalah sebenarnya, ga akan ada orang yang mau menemani dari NOL. Mau cewe kah ataukah mau cowokah. Titik NOL itu bukanlah kemiskinan ataupun uang ukurannya. Titik NOL itu adalah seseorang yang tidak jujur, tidak mau bekerja dengan baik, tidak ada semangat pengembangan diri, orang yang tidak sabar, orang yang tidak tau balas budi, dan mungkin orang yang terlalu arogan/sombong. Apabila, kita mau menemani orang yang seperti ini, bukankah kita menyulitkan diri kita?

Cinta adalah cinta, cinta bisa mengubah seseorang. Itu gw setuju. Namun, apabila orang tersebut tidak bisa berubah, apakah hidup kita sebegitu tidak berharganya untuk menunggu dia berubah?

Jadi, menemani dari NOL itu bukan menemani dari miskin, itu bukan takaran. Apabila dia kaya, namun jiwanya NOL, privilege kekayaan itu sepertinya akan segera tidak berguna. Emang yang paling bener, cari yang kaya + punya jiwa yang baik, jalur percepatan itu. Namun ya, kita ngomongin probability. Kita kan belum kaya, probability untuk mencari atau bertemu orang kaya juga bukannya secara persentase lebih kecil lagi. Jadi, lebih baik rasional.

Terus apabila ada cowo yang "miskin secara harta", waktu diputusin cewenya, curhat or marah-marahnya bilang "dasar cewe matre, ga mau menemani dari NOL", itu ya udah pasti cowo yang emang NOL. Kurang relook ke diri sendiri, kurang introspeksi. Jiwa minder cowo miskin harta emang gitu, paling mudah dijatuhkan. Kemiskinan (pada waktu itu) kan memang sudah pasti, jumlah uang di rekening bank emang sudah pasti kan? Yang belum pasti kan masa depan. Tinggal belajar yang bener, usaha lebih baik dan keras, smart dalam bertindak, berteman dengan orang yang bisa upgrade diri, explore dan manage risk, kerja yang bener, usaha yang jujur. Bukannya itu lebih baik dari pada marah-marah "dia ga mau menemani gw dari NOL". Kan, yang NOL itu harta lo, bukan jiwa lo.

Untuk para wanita, pinter dan pandailah menilai seorang pria. Nilai dari seorang pria, selain harta (itu penting untuk percepatan segala hal), namun ada faktor-faktor lain yang juga penting. Nilailah kepribadian dia, ketulusan dia, niat dia, kerjanya dia, tutur kata dia, kejujuran dia, smart atau tidaknya dia, cara kerja dia, serta cara dia manage kesombongan dia.

Yang paling penting, waktu sudah sukses bareng, pegang semua uangnya. #lho.