Filosofi Wewangian

Gw emang bukan orang yang suka wangi-wangian, mau wangi-wangian di mobil, di baju (yang semprot2 waktu setrikaan), gel rambut, sampai ke parfume. Mungkin karena ada masalah di hidung (sinus) gw, yang penyakit dari kecil ini, sehingga membuat hidup gw sensitif sekali terhadap wangi-wangian. Gw suka pusing kalau ada wangi-wangian tersebut, cupu emang gw. Malu-malu-in.
Gw melihat, wewangian, itu sebagai sesuatu yang istimewa, yang menarik, yang menantang untuk gw. Aneh buat gw, hidung gw lebih "toleransi" dengan bau-bau-an daripada wewangian, wewangian itu sesuatu yang mevvah untuk gw, sesuatu yang unik nan menawan untuk gw. Apabila terlalu dekat dengan wewangian tersebut, ada sesuatu yang menarik saya untuk menjauh. Namun, sebaliknya. Apabila ada bau-bau-an, gw akan mendekat. Mencari root cause nya, dan kemudian mencoba untuk solving masalah itu.
Dulu, waktu masih remaja, ya gw ada 2 masalah utama. Bau badan dan bau kaki. Untuk solving masalah bau badan waktu itu, ya gw ke toko dekat rumah, beli parfum untuk pria. Besok paginya, sebelum ke sekolah, ya gw semprot2 dulu, sampe terlalu over. Sewaktu semprot2 pagi, ya gw ga aware, banyak atau sedikit itu. Takaran nya apa. Di pikiran gw, ya gw harus wangi, jangan bau. Malu-maluin. Waktu sampai sekolah, gw baru aware, kalau gw salah. Ada 2 triggers : sebagian besar teman-teman di sekolah ketawain gw, karena terlalu "wangi". Dan, yang kedua, gw migrain karena terlalu "wangi". Seminggu diketawain di sekolah karena itu. Kemudian, gw mikir. Oh, jangan pakai parfum, tapi mungkin karena ketek saya yang bau. Jadi, saya ke toko dekat rumah lagi, untuk beli deodoran. Saya cobain lagi. Namun, malah makin-makin jadinya. HAHAHAHAHAHAHA.
Bulan depannya, itu Mama gw, mungkin desperate melihat anak remajanya galau dan uring-uringan, menawarkan pakai Tawas. Waktu itu gw ga tau itu apa, namun mungkin lebih alami dibanding 2 product yang saya gunakan sebelumnya. Pada saat itu, seingat gw, tawas ini solving masalah saya untuk case bau badan ini. Bukan parfum dan bukan deodorant yang solvingnya. Kemudian, saya melihat lebih jauh, yang di solving itu untuk jangka panjang adalah root cause bau badan itu, jadi semakin dewasa, makin bisa mikir gw. Misalnya, hal yang gw lakukan:
- Sering mandi dan membersihkan badan, agar ga banyak bakteri yang suka nempel2 di badan
- Pakai sabun mandi yang PH nya balance, jadi kulit mungkin bisa lebih sehat
- Pakai baju yang bahannya nyaman, yang adem. Jadi ga terlalu cepat berkeringat.
- Apabila berkeringat terlalu banyak, bawa baju ganti. Sehingga bakteri ga sempat berkembang biak
Masalah yang mirip, dengan bau kaki, ya saya mencoba menguranginya dengan ada beberapa pairs sepatu, yang selalu bergantian saya pakai. Membeli kaos kaki yang nyaman dan reduce bakteri, dan sering ganti kaos kaki. Serta, 2-3 minggu sekali, laundry sepatu - dibersihin sepatunya, biar alas kaki kita bersih.
Case bau mulut juga sama, sering ke dokter gigi untuk membersihkan karang gigi atau cek apakah ada gigi berlubang atau ga. Seminggu 2-3x kumur dengan obat kumur, untuk maintain jumlah bakteri di dalam mulut (gw ga prefer setiap hari, menurut gw ga baik untuk kesehatan mulut apabila setiap hari berkumur dengan obat, bakteri baik akan mati juga, jadi ga balance ntr).
Jadi, menurut gw pribadi, untuk solving masalah-masalah bau membau ini, cari ke root causenya, jangan menutupi dengan parfum, jangan menutupi dengan wangi-wangian. Jangan menutupi bau, dengan wangi - akan memperburuk.
Wangi-wangian itu diciptakan, untuk upgrade. Waktu kita sendiri sudah bebas dari masalah bau-bauan, barulah setetes 2 tetes, parfum untuk membuat kita lebih sempurna - lebih percaya diri.
Namun, hati-hati. Jangan kira, makin mahal parfum-mu, bisa membuat dirimu makin sempurna. 😄